BAB II
ANALISIS KONTEKS
A.
ANALISIS PENDIDIKAN MASA DATANG
1.
Tantangan Pendidikan Di Indonesia
Hingga saat ini bangsa
Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan yang berat di bidang pendidikan.
Di antara tantangan itu adalah sebagai berikut:
a. Globalisasi di bidang budaya, etika dan moral sebagai akibat dari
kemajuan teknologi di bidang transportasi dan informasi. Para siswa/mahasiswa
saat ini telah mengenal berbagai sumber pesan pembelajaran, baik yang bersifat
pedagogis-terkontrol maupun non pedagogis yang sulit terkontrol, seperti Film
atau CD film porno, Televisi dengan antena parabola, komputer dengan
internetnya, dan handphone dengan berbagai kecanggihannya. Sumber‑sumber pesan
pembelajaran yang sulit terkontrol akan dapat mempengaruhi perubahan budaya,
etika, dan moral para siswa atau masyarakat. Masyarakat yang semula merasa
asing dan bahkan tabu terhadap model-model pakaian (fashion) porno dan hiburan-hiburan (fun) atau film-film porno dan sadisme yang ditayangkan di TV, atau
tabu dengan bacaan dan gambar pomo yang dimuat di berbagai media massa,
kemudian menjadi biasa-biasa saja (permissive),
bahkan ikut menjadi bagian dari itu. Sebagai eksesnya adalah munculnya sikap
sadisme, kekerasan, pemerkosaan, bunuh-membunuh dan sebagainya di kalangan
masyarakat kita. Bahkan tidak heran jika pada saat ini kita sering menghadapi
model kehidupan yang paling kontroversial dapat dialami dalam waktu yang sama
serta dapat Dertemu dalam pribadi yang sama, yaitu: antara kesalehan dan
keseronohan, antara kelembutan dan kekerasan, antara koruptor dan dermawan,
antara koruptor dan keaktifan beribadah (shalat, haji atau umrah), serta antara
Masjid dan Mall, yang keduanya terus menerus berdampingan satu sama lain.
b. Rendahnya tingkat social-capital,
inti dari social capital adalah trust
(sikap amanah). Menurut pengamatan sementara ahli, bahwa dalam bidang social capital bangsa Indonesia ini hampir mencapai titik "zero trust society", atau
masyarakat yang sulit dipercaya, yang berarti sikap amanah (trust) sangat lemah. Di antara
indikatornya adalah hasil survey the
Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tahun 2004 bahwa indeks
korupsi di Indonesia sudah mencapai 9,25 atau ranking pertama se Asia, bahkan
pada tahun 2005 indeknya meningkat sampai 9,4.
c. Eskalasi konflik, yang di satu sisi merupakan unsur dinamika
sosial, tetapi di sisi lain justeru mungancam harmoni bahkan integrasi sosial
baik lokal, nasional, regional maupun internasional.
d. Permasalahan makro nasional, yang menyangkut krisis
multidimensional baik di bidang ekonomi, politik, moral, budaya, dan
sebagainya.
e. Diberlakukannya globalisasi dan perdagangan bebas, yang berarti
persaingan alumni dalam pekerjaan semakin ketat;
f. Hasil-hasil survey internasional menunjukkan bahwa mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
g. Disparitas kualitas pendidikan antar daerah di Indonesia masih
tinggi
h. Angka pengangguran lulusan Sekolah/Madrasah & Perguruan Tinggi
semakin meningkat;
i. Tenaga asing meningkat, sedangkan tenaga Indonesia yang dikirim
ke luar negeri pada umumnya non-profesional;
j Orang-orang lebih senang sekolah studi atau menyekolahkkan
anaknya di luar negeri;
k. Peran sekolah/Madrasah dan perguruan tinggi dalam membentuk
masyarakat madani (civil society).
2.
Tantangan Madrasah dan Kebijakan Dirjen
Pendidikan Islam
Dalam sosialisasi kebijakan
tentang Pembinaan dan Peningkatan Mutu Madrasah pada Rapat Koordinasi
Pengembangan Kurikulum Madrasah, tanggal
14-16 November 2007, di Cisarua Bogor, Dirjen Pendidikan Islam (Prof.
Dr. Moh. Ali, M.Pd., MA), menyatakan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi
oleh Madrasah baik yang bersifat intemal maupun eksternal. Dari segi intemal,
tantangan yang dihadapi adalah menyangkut:
a. Mutu; penyelenggaraan dan pengelolaan Madrasah umumnya belum
dapat melahirkan lulusan yang berkualitas.
b. Pendidik; sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di
Madrasah belum berkualifikasi sesuai dengan tuntutan perundang-undangan.
c. Kurikulum; sebagian besar Madrasah belum dapat
mengimplementasikan standar isi dan belum sepenuhnya dapat mencapai standar
kompetensi lulusan minimal. Persentase lulus Ujian Nasional cukup,
menggembirakan, kurang lebih 92%, tetapi perolehan nilai rata-rata masih
rendah.
d. Manajemen; penyelenggaraan dan pengelolaan Madrasah, yang 91,4 %
swasta, umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional.
e. Sarana prasarana; belum memadainya sarana dan prasarana pada
sebagian besar Madrasah.
f. Status; belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan dan terbatasnya peluang penegerian sehingga Madrasah negeri,
yang umumnya telah memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%.
Secara eksternal, tantangan yang dihadapi Madrasah adalah menyangkut
persepsi masyarakat dan pemerintah yang cenderung diskriminatif, sehingga
Madrasah kurang mendapatkan perhatian, termasuk dalam penyediaan anggaran,
bahkan ada yang menganggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah
sekolah.
Untuk menjawab
tantangan-tantangan tersebut, Dirjen Pendidikan Islam (November, 2007)
menetapkan tiga indikator mutu lulusan, yaitu: (1) tercapainya dan/atau
terlampauinya Standar Nasional; Siswa Madrasah harus dapat berprestasi dalam
menempuh Ujian Nasional dan lulus dari satuan pendidikan dengan predikat
minimal baik sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi pada satuan pendidikan yang unggul/favorit; (2) Kompetitif; Lulusan
Madrasah harus dapat berkompetisi dengan lulusan sekolah; dan (3) dapat
memenuhi harapan stakeholders; dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan orangtua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah,
dan sebagainya.
Di samping itu, Bapak Dirjen
Pendidikan Islam juga mengambil kebijakankebijakan sebagai berikut:
a. Mengutamakan kualitas, bukan jumlah; diharapkan Madrasah dapat
mengejar berbagai ketertinggalan, terutama masalah mutu lulusan.
b. Mengutamakan keberpihakan pada swasta; mengingat banwa Madrasah
swasta mencapai 91,4% yang harus mendapatkan perhatian lebih serius karena
keberadaannya rata-rata dari segala aspek di bawah Madrasah negeri dan
sekaligus di bawah standar nasional minimal.
c. Mengutamakan keberpihakan pada yang lemah; mengingat bahwa input
calon siswa Madrasah rata-rata dari keluarga kurang mampu.
d. Mengutamakan keberpihakan pada pelaku utama pendidikan; dalam hal
ini adalah peningkatan mutu guru, kepala Madrasah, dan pengawas serta
terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung lainnya.
B.
ANALISIS STRATEGIS LINGKUNGAN MADRASAH
1. Lingkungan Geografis
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Balongrejo berada di Jalan KH. Arief Syahid No.176 Balongrejo Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang
Jawa Timur. Madrasah ini memiliki letak geografis yang kurang strategis, karena terletak di antara rel kereta
api dan jalan raya, sehingga
anak-anak yang berada di dusun Balongrejo desa Badas Kecamatan
Sumobito agak kesulitan menempuh perjalanan ke Madrasah ini.
Dengan adanya hambatan tersebut, masyarakat sekitar
agak ragu menyekolahkan putra putrinya ke MI AL-HIKMAH BALONGREJO .Dalam analisis ke depan berdasarkan
letak geografisnya MI AL-HIKMAH BALONGREJO hendaknya mencari
solusi masalah yang dihadapi masyarakat.
2. Lingkungan Demografis
Jumlah penduduk di kecamatan Sumobito.
sebanyak 92.183 orang terdiri dari 46.739 laki-laki dan 45.444 perempuan, yang
terdiri atas 17.944 kepala keluarga. Dari sejumlah kepala keluarga tersebut,
sekitar 83.35 % beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk desa/kelurahan Badas (di mana madrasah ini berada) kecamatan Sumobito sebanyak 5.059 orang,
yang terdiri atas 1.066 kepala keluarga, dan mayoritas (99.7 %) beragama Islam,
sehingga hal ini merupakan modal dasar bagi pengembangan madrasah ini di masa
mendatang.
Dalam kaitannya
dengan pendidikan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan cenderung tak
terkendali, menjadikan masalah tersendiri dalam pengembangan proses pendidikan
di desa Balongrejo kecamatan Sumobito baik menyangkut angka partisipasi kotor
maupun angka partisipasi murni. Jumlah anak usia sekolah jenjang MI di
kecamatan Sumobito sebanyak 4.964 Sedangkan jumlah sekolah/madrasah jenjang
SD/MI sebanyak 52 Lembaga, yang terdiri atas SD sebanyak 33 dan MI sebanyak 19.
Di dusun Balongrejo desa/kelurahan Badas kecamatan Sumobito terdapat 3 SD/MI. Masalah pendidikan di kecamatan Sumobito kabupaten Jombang menjadi
masalah yang sangat penting baik dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitasnya. Penuntasan wajib
belajar 9 tahun masih manjadi sesuatu hal yang harus dicapai. Data tersebut
menjadikan kita lebih memiliki perhatian yang khusus dalam menangani
masalah–masalah pendidikan di daerah tersebut.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi
Berdasarkan
kehidupan sosial ekonomi mata pencaharian penduduk kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang terdiri atas Petani,
Pegawai Negeri, Pengusaha, Pedagang dan Buruh. Rata – rata pendapatan
masyarakat tergolong Menengah ke bawah Di kecamatan Sumobito kabupaten Jombang,
80 % penduduknya sebagai Buruh Tani, Pegawai Negeri Sipil, 0.63 % Wiraswasta,
4.82 %, sedangkan 14.55 % bekerja pada
sektor lainnya Sedangkan di madrasah ini keadaan sosial ekonomi orang tua dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pekerjaan
|
Jumlah
(%)
|
Penghasilan/bulan
|
Jumlah
(%)
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
(%)
|
Pegawai
Negeri
|
2,56
|
1) > 1 jt. – 2 jt.
2)
> 2 jt. – 3 jt.
|
0,56
2,00
|
SLTA/MA
PT
|
0,56
2,00
|
TNI/Polri
|
0,60
|
1) 500 rb. – 1 jt.
2) > 1 jt. – 2 jt.
|
-
0,60
|
SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
|
0,11
0,39
0,10
|
Swasta
|
41,90
|
1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
|
21,10
15,20
5,60
|
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
|
-
20,60
16,20
5,10
|
Petani/Buruh
Tani
|
40,17
|
1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
|
31,40
7,27
1,50
|
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
|
22,70
15,17
2,30
|
Pegawai
Swasta/lainnya
|
14,77
|
1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
|
8,68
3,93
2,16
|
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
|
4,40
6,60
2,87
0,90
|
Berdasarkan kondisi sosial ekonomi sebagaimana
terungkap diatas, maka dampak dan pengaruhnya terhadap pengembangan Madrasah
adalah
4. Lingkungan
Budaya dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Karena masyarakat Dusun Balongrejo Desa Badas terdiri dari Mayoritas suku Jawa , dengan sendirinya menimbulkan
budaya yang Homogen. dengan demikian
budaya yang Homogen tersebut bisa dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Di sisi lain, di sekitar
Madrasah tersebut terdapat beberapa varian masyarakat dalam hal apresiasi
terhadap pendidikan, yaitu:
a. Kelompok masyarakat yang tidak mempunyai kepedulian terhadap pendidikan.
Kelompok masyarakat ini belum memahami pentingnya pendidikan, dan tidak
mengetahui biaya dan harga pendidikan, sehingga meskipun anak-anak mereka ikut
masuk Madrasah, tetapi mereka tidak mengerti untuk apa berMadrasah, apa
perlunya, dan mengapa harus membayar macam-macam pungutan dana. Ketidak
pedulian mereka terhadap pendidikan tersebut juga terlihat pada sikap mereka
yang tidak prihatin terhadap anak-anak mereka yang drop-out, tidak mau
melanjutkan pendidikannya meskipun cukup memiliki kemampuan di bidang ekonomi.
Bahkan kebutuhan alat-alat belajar anak, seperti pensil, penggaris, ballpoint,
buku dan lain-lain, jarang dicukupi/dipenuhi. Jika ada iuran atau pungutan dana
ini dan itu mereka merasa sangat
keberatan meskipun mereka mampu membayarnya.
b. Kelompok masyarakat yang mengetahui pentingnya pendidikan tetapi tidak
memahami tentang biaya dan harga pendidikan. Mereka selalu menginginkan
anak-anak mereka masuk Madrasah dan melanjutkan pendidikannya, tetapi mereka
menginginkan pendidikan yang semurah-murahnya, yang dapat lulus dengan mudah
dan murah, sedangkan masalah kualitas pendidikan anak tidak menjadi perhatian
mereka. Mereka lebih senang memilih
Madrasah yang murah meriah meskipun tidak jelas kualitasnya dari pada
memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah yang mahal dan lebih baik kualitasnya
meskipun mereka mampu membayarnya. Masyarakat semacam ini agaknya lebih
mendahulukan kebutuhan-kebutuhan mereka yang sekunder dari pada mengeluarkan
biaya untuk pendidikan anak.
c. Kelompok masyarakat yang mengetahui pentingnya pendidikan dan
memahami tentang biaya dan harga pendidikan. Mereka berusaha memasukkan
anak-anak mereka ke Madrasah yang dinilai berkualitas dan berharap untuk bisa
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Mereka
bersedia memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka baik biaya Madrasah
maupun alat-alat yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan belajar anak
meskipun dengan jalan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan lain yang dinilai kurang
penting dan belum mendesak. Madrasah yang menjadi pilihan dari kelompok
masyarakat ini pada umumnya dapat memperoleh dukungan dana yang cukup lumayan
dari masyarakat, guna meningkatkan kesejahteraan para guru dan memenuhi sarana/
fasilitas penting yang diperlukan oleh Madrasah.
d. Kelompok masyarakat yang memandang pendidikan anak-anak mereka
sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidupnya. Mereka memperhatikan
pendidikan anaknya sebagaimana perhatian mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan
pokok lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Bahkan pengeluaran biaya
pendidikan memperoleh perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
pokok lainnya. Kelompok masyarakat
semacam ini biasanya bersikap selektif dan berusaha memasukkan anak-anak mereka
ke Madrasah yang unggul meskipun harus mengeluarkan biaya yang mahal,
karena mereka merasa bahagia apabila anak-anak mereka dapat memperoleh layanan
pendidikan yang excellent (unggul). Madrasah yang menjadi pilihan kelompok
masyarakat semacam ini pada umumnya tidak merasa kesulitan untuk memperoleh
biaya guna meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan melengkapi berbagai
sarana/prasarana pendidikannya.
Dilihat dari keempat varian
kelompok masyarakat tersebut di atas, MI AL-HIKMAH BALONGREJO lebih banyak (
6,72 %) dimasuki oleh kelompok masyarakat ke 1 sedangkan kelompok masyarakat
yang ke 2 sebanyak 14,22 %, kelompok masyarakat yang ke 3 sebanyak 48,9 %, dan
kelompok masyarakat yang ke 4 sebanyak 30 %.
- Regulasi Pemerintah Daerah
Pemerintah kabupaten Jombang sangat komit
untuk pengembangan pendidikan khususnya di kabupaten Jombang. Sebagai wujudnya
adalah dengan memberikan batuan operasional daerah (BOSDA) pada siswa jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Walaupun madrasah
dibawah naungan kementerian agama, namun peran pemerintah kabupaten Jombang
kepada lembaga dibawah naungan Kemenag juga cukup besar. Bantuan kepada lembaga
pendidikan swasta diwujudkan juga dalam bentuk pemberian bantuan swakelola
pemerintah kabupaten Jombang.
Bertolak dari analisis
strategis tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel Kesimpulan Analisis
Lingkungan Strategis Madrasah
No
|
Komponen
|
Kesimpulan
|
1
|
Lingkungan Geografis
|
Kurang mendukung
|
2
|
Lingkungan Demografis
|
Sangat mendukung
|
3
|
Lingkungan Sosial Ekonomi
|
Kurang mendukung
|
4
|
Lingkungan Budaya dan
Apresiasi Masyarakat terhadap Pendidikan
|
Sangat mendukung
|
5
|
Regulasi pemerintah daerah
|
Mendukung
|
C.
HASIL ANALISIS DAN EVALUASI TAHUN SEBELUMNYA
Gambaran yang jelas dan rinci
tentang kondisi Madrasah saat ini. Profil ini kemudian dijadikan sebagai acuan
dalam pengembangan Madrasah ke depan. Oleh sebab itu, profil Madrasah harus
disusun dengan seksama dan seobjektif mungkin. Profil Madrasah merupakan upaya
Madrasah dalam menunjukkan kinerjanya secara riiI yang menggambarkan
perkembangan Madrasah saat ini sebagai acuan pengembangan ke depan, dalam arti
apa saja yang telah dilakukan oleh Madrasah dalam upaya memenuhi standar
nasional pendidikan, apa saja bagian-bagian Madrasah yang mengalami
perbaikan/peningkatan, bagian mana yang masih tetap, dan bagian mana yang
mengalami penurunan. Selain itu Madrasah juga dapat menjelaskan perkembangan
kondisinya jika dibandingkan dengan Madrasah lainnya yang ada di
desa/kelurahan, gugus/kecamatan atau kabupaten/kota di tempat Madrasah tersebut
berada dalam memenuhi 8 (delapan) standar pendidikan, yang meliputi: (1)
standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar
pengelolaan; (7) standar penibiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan.
Untuk itu, dalam menggambarkan
profil Madrasah dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:
1) Bagaimana kondisi Madrasah dalam memenuhi 8 (delapan) standar
pendidikan?,
2) Bagian-bagian manakah yang te!ah memenuhi standar?
3) Bagaimana perkembangan kond'si Madrasah calam 3 tahun terakhir?
- bagian mana yang mengalami peningkatan/perbaikan?
- bagian mana yang masih tetap?
- Bagian mana yang mengalami penurunan?
4) Bagaimana kondisi Madrasah
jika dibandingkan dengan Madrasah Madrasah lainnya yang ada di desa/kelurahan,
gugus/kecamatan atau kabupaten/kota di tempat Madrasah tersebut berada?.
Dalam menggambarkan kondisi
atau profil Madrasah terhadap 8 (delapan) standar nasional pendidikan di atas
dapat menggunakan instrumen pertanyaan berikut:
1. Profil Standar isi
Pertanyaan mendasar yang perlu
dijawab dalam menjelaskan standar isi adalah sebagai berikut:
a. Apakah Madrasah mernifiki dokumen KTSP yang lengkap (dokumen I dan
II)?
b. Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP?
c. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan Madrasah dalam rangka
persiapan penerapan KTSP?
d. Apakah setiap guru telah memiliki standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang dipegang?
e. Apakah Madrasah meningkatkan standar kompetensi (SK) dan
Kompetertsi Dasar (KD) mata pelajaran yang ada di Permendiknas 22/2006 ke
standar yang lebih tinggi?
f. Bagaimana struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah
tersebut?
g. Berapa jumlah beban belajar siswa untuk kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur?
h. Berapa jumlah beban mengajar dari masing-masing guru mata
pelajaran?
i. Apa saja mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan di
Madrasah?
j. Apa saja kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan di
Madrasah?
k. Bagaimana pengaturan kalender pendidikan Madrasah?
Bertolak dari berbagai pertanyaan tersebut di atas maka
profil standar MI AL-HIKMAH BALONGREJO dapat diungkapkan data sebagai berikut:
NO.
|
ASPEK STANDAR ISI
|
KEADAAN
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Dokumen KTSP (I dan II) lengkap dan siap
diimplementasikan
|
Ö
|
|
2.
|
Pemahaman guru terhadap KTSP
|
80%
|
|
3.
|
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Madrasah dalam
rangka persiapan penerapan KTSP :
a. Sosialisasi KTSP
b. Pembinaan/workshop/pelatihan
|
90%
|
|
4.
|
Setiap guru mata pelajaran memeiliki dokumen
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dipegang
|
100%
|
|
5.
|
Madrasah meningkatkan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran yang ada dalam Permendiknas 22/2006 ke
standar yang lebih tinggi
a. SK dan KD kelompok agama dan akhlak mulia
b. SK dan KD kelompok Kewarganegaraan dan Kepribadian
c. SK dan KD kelompok Ilmu Pengetahuan dan teknologi
d. SK dan KD kelompok Kelompok Estetika
e. SK dan KD kelompok Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
6.
|
Struktur Kurikulum yang dikembangkan di Madrasah
a. Mengembangkan 5 kelompok mata pelajaran
b. Mengembangkan tiga komponen mata pelajaran yaitu
:
o
Mata pelajaran sesuai
standar nasional pendidikan
o
Komponen muatan lokal
o
Komponen mengembangkan diri
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
7.
|
Pengaturan beban belajar siswa
a. Kegiatan tatap muka
ØJumlah jam belajar sesuai
standar nasional pendidikan
ØJumlah jam belajar lebih
tinggi dari standar nasional pendidikan
b. Penugasan terstruktur
ØJumlah jam belajar 50 % dari
jumlah kegialan tatap muka
c. Kegiatan mandiri /tidak terstruktur
d. Jumlah jam belajar diatur sendiri oleh peserta
didik
dan dikontrol guru
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
8.
|
Kondisi jumlah beban mengajar dari masing-masing
guru
mata pelajaran:
ØJumlah jam mengajar sesuai
standar nasional pendidikan (24 JP/minggu)
ØJumlah jam mengajar lebih
tinggi dari standar nasional pendidikan
ØJumlah jam mengajar di bawah
standar
|
Ö
Ö
|
Ö
|
9.
|
Muatan lokal yang dikembangkan di Madrasah
a. Mengembangkan prograrn keunggulan daerah
b. Mengembangkan program keunggulan Madrasah
c. Mengembangkan program keunggulan masyarakat global
|
Ö
Ö
Ö
|
|
10.
|
Mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan
meliputi;
a. Keterampilan berbahasa
b. Keterampilan dalam bidang teknologi informasi Keterampilan tepat
guna
c. Ketrampilan dalam bidang Aqidah dan sejarah daerah
|
Ö
Ö
Ö
|
|
11.
|
Kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan di
Madrasah
a. Tidak terprogram
1) Rutin;
2) Spontan;
3) Keteladanan.
b. Terprogram
1) BK;
2) Ekstra Kurikuler.
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
12.
|
Kegiatan Kecakapan Hidup ( Life Skill), meliputi:
a. Kecakapan Hidup non-vokasional
b. Kecakapan hidup vokasional
|
Ö
Ö
|
|
13.
|
Madrasah mengatur kalender pendidikannya
berdasarkan:
a. Kalender pendidikan nasional
b. Kalender pendidikan daerah
|
Ö
Ö
|
Data Pendukung Pengembangan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Komponen Alokasi Waktu Dasar (KD) Mata
Pelajaran:
Nama
Mata Pelajaran
|
Kondisi
(Beri tanda cek Ö)
|
|
SK & KD Ditingkatkan dari Standar Permendiknas
|
KI & KD Tetap (Sesuai Permenag)
|
|
A. Agama dan
Akhlak Mulia
|
||
1. Al-Qur’an
|
Ö
|
|
2. Aqidah Akhlak
|
Ö
|
|
3. Fiqih
|
Ö
|
|
4. SKI
|
Ö
|
|
B. Kewarganegaraan dan
Kepribadian
|
||
1. PKn
|
Ö
|
|
2. Bhs. Indonesia
|
Ö
|
|
C. Ilmu
Pengetahuan dan teknologi
|
||
1. Matematika
|
Ö
|
|
2. IPA
|
Ö
|
|
3. IPS
|
Ö
|
|
4. Bahasa Inggris
|
Ö
|
|
5. Bahasa Arab
|
Ö
|
|
D. Estetika
|
||
1. Seni Budaya
|
Ö
|
|
E. Pendidikan Jasmani
|
||
1. Penjasorkes
|
Ö
|
|
F. Muatan Lokal
|
Ö
|
|
G. Pengembangan Diri
|
Ö
|
Data Pendukung kegiatan pengembangan diri di MI AL-HIKMAH BALONGREJO
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
Sasaran
|
Target
|
1
|
Bimbingan
Konseling
|
07.00
– 12.10
|
Siswa
|
Tercapai
100%
|
2
|
Pramuka
|
Minggu ke I dan III jam 07.00 – 09.00
|
Siswa
|
Tercapai
100%
|
3
|
Drum Band
|
Minggu ke II dan IV jam 07.00 – 09.00
|
Siswa
|
Tercapai
100%
|
Peran/bentuk keterlibatan komite Madrasah dalam upaya
pemenuhan standar isi, adalah:
1. Ikut serta memonitor perencanaan
2. Ikut serta memonitor pelaksanaan
3. Ikut serta memonitor pelaporan
Kesimpulan : Sangat mendukung terlaksananya program
tersebut
0 komentar:
Posting Komentar