Pages

Rabu, 04 November 2015

RKJM Bab 2 (1)



BAB II
ANALISIS KONTEKS

A.     ANALISIS PENDIDIKAN MASA DATANG
1.    Tantangan Pendidikan Di Indonesia
Hingga saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan yang berat di bidang pendidikan. Di antara tantangan itu adalah sebagai berikut:
a.    Globalisasi di bidang budaya, etika dan moral sebagai akibat dari kemajuan teknologi di bidang transportasi dan informasi. Para siswa/mahasiswa saat ini telah mengenal berbagai sumber pesan pembelajaran, baik yang bersifat pedagogis-terkontrol maupun non pedagogis yang sulit terkontrol, seperti Film atau CD film porno, Televisi dengan antena parabola, komputer dengan internetnya, dan handphone dengan berbagai kecanggihannya. Sumber‑sumber pesan pembelajaran yang sulit terkontrol akan dapat mempengaruhi perubahan budaya, etika, dan moral para siswa atau masyarakat. Masyarakat yang semula merasa asing dan bahkan tabu terhadap model­-model pakaian (fashion) porno dan hiburan-hiburan (fun) atau film-film porno dan sadisme yang ditayangkan di TV, atau tabu dengan bacaan dan gambar pomo yang dimuat di berbagai media massa, kemudian menjadi biasa-biasa saja (permissive), bahkan ikut menjadi bagian dari itu. Sebagai eksesnya adalah munculnya sikap sadisme, kekerasan, pemerkosaan, bunuh-­membunuh dan sebagainya di kalangan masyarakat kita. Bahkan tidak heran jika pada saat ini kita sering menghadapi model kehidupan yang paling kontroversial dapat dialami dalam waktu yang sama serta dapat Dertemu dalam pribadi yang sama, yaitu: antara kesalehan dan keseronohan, antara kelembutan dan kekerasan, antara koruptor dan dermawan, antara koruptor dan keaktifan beribadah (shalat, haji atau umrah), serta antara Masjid dan Mall, yang keduanya terus menerus berdampingan satu sama lain.
b.    Rendahnya tingkat social-capital, inti dari social capital adalah trust (sikap amanah). Menurut pengamatan sementara ahli, bahwa dalam bidang social capital bangsa Indonesia ini hampir mencapai titik "zero trust society", atau masyarakat yang sulit dipercaya, yang berarti sikap amanah (trust) sangat lemah. Di antara indikatornya adalah hasil survey the Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tahun 2004 bahwa indeks korupsi di Indonesia sudah mencapai 9,25 atau ranking pertama se Asia, bahkan pada tahun 2005 indeknya meningkat sampai 9,4.
c.    Eskalasi konflik, yang di satu sisi merupakan unsur dinamika sosial, tetapi di sisi lain justeru mungancam harmoni bahkan integrasi sosial baik lokal, nasional, regional maupun internasional.
d.    Permasalahan makro nasional, yang menyangkut krisis multidimensional baik di bidang ekonomi, politik, moral, budaya, dan sebagainya.
e.    Diberlakukannya globalisasi dan perdagangan bebas, yang berarti persaingan alumni dalam pekerjaan semakin ketat;
f.    Hasil-hasil survey internasional menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
g.    Disparitas kualitas pendidikan antar daerah di Indonesia masih tinggi
h.    Angka pengangguran lulusan Sekolah/Madrasah & Perguruan Tinggi semakin meningkat;
i.     Tenaga asing meningkat, sedangkan tenaga Indonesia yang dikirim ke luar negeri pada umumnya non-profesional;
      Orang-orang lebih senang sekolah studi atau menyekolahkkan anaknya di luar negeri;
k.    Peran sekolah/Madrasah dan perguruan tinggi dalam membentuk masyarakat madani (civil society).

2.    Tantangan Madrasah dan Kebijakan Dirjen Pendidikan Islam
Dalam sosialisasi kebijakan tentang Pembinaan dan Peningkatan Mutu Madrasah pada Rapat Koordinasi Pengembangan Kurikulum Madrasah, tanggal  14-16 November 2007, di Cisarua Bogor, Dirjen Pendidikan Islam (Prof. Dr. Moh. Ali, M.Pd., MA), menyatakan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Madrasah baik yang bersifat intemal maupun eksternal. Dari segi intemal, tantangan yang dihadapi adalah menyangkut:
a.    Mutu; penyelenggaraan dan pengelolaan Madrasah umumnya belum dapat melahirkan lulusan yang berkualitas.
b.    Pendidik; sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di Madrasah belum berkualifikasi sesuai dengan tuntutan perundang-undangan.
c.    Kurikulum; sebagian besar Madrasah belum dapat mengimplementasikan standar isi dan belum sepenuhnya dapat mencapai standar kompetensi lulusan minimal. Persentase lulus Ujian Nasional cukup, menggembirakan, kurang lebih 92%, tetapi perolehan nilai rata-rata masih rendah.
d.    Manajemen; penyelenggaraan dan pengelolaan Madrasah, yang 91,4 % swasta, umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional.
e.    Sarana prasarana; belum memadainya sarana dan prasarana pada sebagian besar Madrasah.
f.    Status; belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan penyelenggaraan dan terbatasnya peluang penegerian sehingga Madrasah negeri, yang umumnya telah memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%.
Secara eksternal, tantangan yang dihadapi Madrasah adalah menyangkut persepsi masyarakat dan pemerintah yang cenderung diskriminatif, sehingga Madrasah kurang mendapatkan perhatian, termasuk dalam penyediaan anggaran, bahkan ada yang menganggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, Dirjen Pendidikan Islam (November, 2007) menetapkan tiga indikator mutu lulusan, yaitu: (1) tercapainya dan/atau terlampauinya Standar Nasional; Siswa Madrasah harus dapat berprestasi dalam menempuh Ujian Nasional dan lulus dari satuan pendidikan dengan predikat minimal baik sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang unggul/favorit; (2) Kompetitif; Lulusan Madrasah harus dapat berkompetisi dengan lulusan sekolah; dan (3) dapat memenuhi harapan stakeholders; dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orangtua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah, dan sebagainya.
Di samping itu, Bapak Dirjen Pendidikan Islam juga mengambil kebijakan­kebijakan sebagai berikut:
a.    Mengutamakan kualitas, bukan jumlah; diharapkan Madrasah dapat mengejar berbagai ketertinggalan, terutama masalah mutu lulusan.
b.    Mengutamakan keberpihakan pada swasta; mengingat banwa Madrasah swasta mencapai 91,4% yang harus mendapatkan perhatian lebih serius karena keberadaannya rata-rata dari segala aspek di bawah Madrasah negeri dan sekaligus di bawah standar nasional minimal.
c.    Mengutamakan keberpihakan pada yang lemah; mengingat bahwa input calon siswa Madrasah rata-rata dari keluarga kurang mampu.
d.    Mengutamakan keberpihakan pada pelaku utama pendidikan; dalam hal ini adalah peningkatan mutu guru, kepala Madrasah, dan pengawas serta terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung lainnya.


B.     ANALISIS STRATEGIS LINGKUNGAN MADRASAH
1.   Lingkungan Geografis
  Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Balongrejo berada di Jalan KH. Arief Syahid No.176 Balongrejo Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang Jawa Timur. Madrasah ini memiliki letak geografis yang kurang strategis, karena terletak di antara rel kereta api dan jalan raya, sehingga anak-anak yang berada di dusun Balongrejo desa Badas Kecamatan Sumobito agak kesulitan menempuh perjalanan ke Madrasah ini.
Dengan adanya hambatan tersebut, masyarakat sekitar agak ragu menyekolahkan putra putrinya ke MI AL-HIKMAH BALONGREJO .Dalam analisis ke depan berdasarkan letak geografisnya MI AL-HIKMAH BALONGREJO hendaknya mencari solusi masalah yang dihadapi masyarakat.



2.   Lingkungan Demografis
Jumlah penduduk di kecamatan Sumobito. sebanyak 92.183 orang terdiri dari 46.739 laki-laki dan 45.444 perempuan, yang terdiri atas 17.944 kepala keluarga. Dari sejumlah kepala keluarga tersebut, sekitar 83.35 % beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk desa/kelurahan Badas (di mana madrasah ini berada) kecamatan Sumobito sebanyak 5.059 orang, yang terdiri atas 1.066 kepala keluarga, dan mayoritas (99.7 %) beragama Islam, sehingga hal ini merupakan modal dasar bagi pengembangan madrasah ini di masa mendatang.
Dalam kaitannya dengan pendidikan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan cenderung tak terkendali, menjadikan masalah tersendiri dalam pengembangan proses pendidikan di desa Balongrejo kecamatan Sumobito baik menyangkut angka partisipasi kotor maupun angka partisipasi murni. Jumlah anak usia sekolah jenjang MI di kecamatan Sumobito sebanyak 4.964 Sedangkan jumlah sekolah/madrasah jenjang SD/MI sebanyak 52 Lembaga, yang terdiri atas SD sebanyak 33 dan MI sebanyak 19. Di dusun Balongrejo desa/kelurahan Badas kecamatan Sumobito terdapat 3 SD/MI. Masalah pendidikan di kecamatan Sumobito kabupaten Jombang menjadi masalah yang sangat penting baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Penuntasan wajib belajar 9 tahun masih manjadi sesuatu hal yang harus dicapai. Data tersebut menjadikan kita lebih memiliki perhatian yang khusus dalam menangani masalah–masalah pendidikan di daerah tersebut.

3.   Lingkungan Sosial Ekonomi
Berdasarkan kehidupan sosial ekonomi mata pencaharian penduduk kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang terdiri atas Petani, Pegawai Negeri, Pengusaha, Pedagang dan Buruh. Rata – rata pendapatan masyarakat tergolong Menengah ke bawah Di kecamatan Sumobito kabupaten Jombang, 80 % penduduknya sebagai Buruh Tani, Pegawai Negeri Sipil, 0.63 % Wiraswasta, 4.82 %, sedangkan 14.55 %  bekerja pada sektor lainnya Sedangkan di madrasah ini keadaan sosial ekonomi orang tua dapat digambarkan sebagai berikut:

Pekerjaan
Jumlah (%)
Penghasilan/bulan
Jumlah (%)
Tingkat Pendidikan
Jumlah (%)
Pegawai Negeri
2,56
1) > 1 jt. – 2 jt.
2) > 2 jt. – 3 jt.
0,56
2,00
SLTA/MA
PT
0,56
2,00
TNI/Polri
0,60
1) 500 rb. – 1 jt.
2) > 1 jt. – 2 jt.

-
0,60

SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
0,11
0,39
0,10
Swasta
41,90
1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
21,10
15,20
5,60
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
-
20,60
16,20
5,10
Petani/Buruh Tani
40,17

1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
31,40
7,27
1,50
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
22,70
15,17
2,30
Pegawai Swasta/lainnya
14,77
1) <500 rb.
2) 500 rb. – 1 jt.
3) > 1 jt. – 2 jt.
8,68
3,93
2,16
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA
PT
4,40
6,60
2,87
0,90

Berdasarkan kondisi sosial ekonomi sebagaimana terungkap diatas, maka dampak dan pengaruhnya terhadap pengembangan Madrasah adalah

4.   Lingkungan Budaya dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Karena masyarakat Dusun Balongrejo Desa Badas terdiri dari Mayoritas suku Jawa , dengan sendirinya menimbulkan budaya yang Homogen. dengan demikian budaya yang Homogen tersebut bisa dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Di sisi lain, di sekitar Madrasah tersebut terdapat beberapa varian masyarakat dalam hal apresiasi terhadap pendidikan, yaitu:
a.  Kelompok masyarakat yang tidak mempunyai kepedulian terhadap pendidikan. Kelompok masyarakat ini belum memahami pentingnya pendidikan, dan tidak mengetahui biaya dan harga pendidikan, sehingga meskipun anak-anak mereka ikut masuk Madrasah, tetapi mereka tidak mengerti untuk apa berMadrasah, apa perlunya, dan mengapa harus membayar macam-macam pungutan dana. Ketidak pedulian mereka terhadap pendidikan tersebut juga terlihat pada sikap mereka yang tidak prihatin terhadap anak-anak mereka yang drop-out, tidak mau melanjutkan pendidikannya meskipun cukup memiliki kemampuan di bidang ekonomi. Bahkan kebutuhan alat-alat belajar anak, seperti pensil, penggaris, ballpoint, buku dan lain-lain, jarang dicukupi/dipenuhi. Jika ada iuran atau pungutan dana ini dan itu mereka merasa sangat keberatan meskipun mereka mampu membayarnya.
b.  Kelompok masyarakat yang mengetahui pentingnya pendidikan tetapi tidak memahami tentang biaya dan harga pendidikan. Mereka selalu menginginkan anak-anak mereka masuk Madrasah dan melanjutkan pendidikannya, tetapi mereka menginginkan pendidikan yang semurah-murahnya, yang dapat lulus dengan mudah dan murah, sedangkan masalah kualitas pendidikan anak tidak menjadi perhatian mereka. Mereka lebih senang memilih Madrasah yang murah meriah meskipun tidak jelas kualitasnya dari pada memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah yang mahal dan lebih baik kualitasnya meskipun mereka mampu membayarnya. Masyarakat semacam ini agaknya lebih mendahulukan kebutuhan-kebutuhan mereka yang sekunder dari pada mengeluarkan biaya untuk pendidikan anak.
c.  Kelompok masyarakat yang mengetahui pentingnya pendidikan dan memahami tentang biaya dan harga pendidikan. Mereka berusaha memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah yang dinilai berkualitas dan berharap untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Mereka bersedia memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka baik biaya Madrasah maupun alat-alat yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan belajar anak meskipun dengan jalan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan lain yang dinilai kurang penting dan belum mendesak. Madrasah yang menjadi pilihan dari kelompok masyarakat ini pada umumnya dapat memperoleh dukungan dana yang cukup lumayan dari masyarakat, guna meningkatkan kesejahteraan para guru dan memenuhi sarana/ fasilitas penting yang diperlukan oleh Madrasah.
d.  Kelompok masyarakat yang memandang pendidikan anak-anak mereka sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam hidupnya. Mereka memperhatikan pendidikan anaknya sebagaimana perhatian mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Bahkan pengeluaran biaya pendidikan memperoleh perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pokok lainnya. Kelompok masyarakat semacam ini biasanya bersikap selektif dan berusaha memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah yang unggul meskipun harus mengeluarkan biaya yang mahal, karena mereka merasa bahagia apabila anak-anak mereka dapat memperoleh layanan pendidikan yang excellent (unggul). Madrasah yang menjadi pilihan kelompok masyarakat semacam ini pada umumnya tidak merasa kesulitan untuk memperoleh biaya guna meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan melengkapi berbagai sarana/prasarana pendidikannya.
Dilihat dari keempat varian kelompok masyarakat tersebut di atas, MI AL-HIKMAH BALONGREJO lebih banyak ( 6,72 %) dimasuki oleh kelompok masyarakat ke 1 sedangkan kelompok masyarakat yang ke 2 sebanyak 14,22 %, kelompok masyarakat yang ke 3 sebanyak 48,9 %, dan kelompok masyarakat yang ke 4 sebanyak 30 %.           

  1. Regulasi Pemerintah Daerah
Pemerintah kabupaten Jombang sangat komit untuk pengembangan pendidikan khususnya di kabupaten Jombang. Sebagai wujudnya adalah dengan memberikan batuan operasional daerah (BOSDA) pada siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Walaupun madrasah dibawah naungan kementerian agama, namun peran pemerintah kabupaten Jombang kepada lembaga dibawah naungan Kemenag juga cukup besar. Bantuan kepada lembaga pendidikan swasta diwujudkan juga dalam bentuk pemberian bantuan swakelola pemerintah kabupaten Jombang.
Bertolak dari analisis strategis tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel Kesimpulan Analisis Lingkungan Strategis Madrasah
No
Komponen
Kesimpulan
1
Lingkungan Geografis
Kurang mendukung
2
Lingkungan Demografis
Sangat mendukung
3
Lingkungan Sosial Ekonomi
Kurang mendukung
4
Lingkungan Budaya dan Apresiasi Masyarakat terhadap Pendidikan
Sangat mendukung
5
Regulasi pemerintah daerah
Mendukung


C.     HASIL ANALISIS DAN EVALUASI TAHUN SEBELUMNYA

Gambaran yang jelas dan rinci tentang kondisi Madrasah saat ini. Profil ini kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan Madrasah ke depan. Oleh sebab itu, profil Madrasah harus disusun dengan seksama dan seobjektif mungkin. Profil Madrasah merupakan upaya Madrasah dalam menunjukkan kinerjanya secara riiI yang menggambarkan perkembangan Madrasah saat ini sebagai acuan pengembangan ke depan, dalam arti apa saja yang telah dilakukan oleh Madrasah dalam upaya memenuhi standar nasional pendidikan, apa saja bagian-bagian Madrasah yang mengalami perbaikan/peningkatan, bagian mana yang masih tetap, dan bagian mana yang mengalami penurunan. Selain itu Madrasah juga dapat menjelaskan perkembangan kondisinya jika dibandingkan dengan Madrasah lainnya yang ada di desa/kelurahan, gugus/kecamatan atau kabupaten/kota di tempat Madrasah tersebut berada dalam memenuhi 8 (delapan) standar pendidikan, yang meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar penibiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan.
Untuk itu, dalam menggambarkan profil Madrasah dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:
1)    Bagaimana kondisi Madrasah dalam memenuhi 8 (delapan) standar pendidikan?,
2)    Bagian-bagian manakah yang te!ah memenuhi standar?
3)    Bagaimana perkembangan kond'si Madrasah calam 3 tahun terakhir?
- bagian mana yang mengalami peningkatan/perbaikan?
- bagian mana yang masih tetap?
- Bagian mana yang mengalami penurunan?
4) Bagaimana kondisi Madrasah jika dibandingkan dengan Madrasah Madrasah lainnya yang ada di desa/kelurahan, gugus/kecamatan atau kabupaten/kota di tempat Madrasah tersebut berada?.
Dalam menggambarkan kondisi atau profil Madrasah terhadap 8 (delapan) standar nasional pendidikan di atas dapat menggunakan instrumen pertanyaan berikut:
1. Profil Standar isi
Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab dalam menjelaskan standar isi adalah sebagai berikut:
a.    Apakah Madrasah mernifiki dokumen KTSP yang lengkap (dokumen I dan II)?
b.    Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP?
c.    Apa saja upaya-upaya yang dilakukan Madrasah dalam rangka persiapan penerapan KTSP?
d.    Apakah setiap guru telah memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dipegang?
e.    Apakah Madrasah meningkatkan standar kompetensi (SK) dan Kompetertsi Dasar (KD) mata pelajaran yang ada di Permendiknas 22/2006 ke standar yang lebih tinggi?
f.    Bagaimana struktur kurikulum yang dikembangkan di Madrasah tersebut?
g.    Berapa jumlah beban belajar siswa untuk kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur?
h.    Berapa jumlah beban mengajar dari masing-masing guru mata pelajaran?
i.     Apa saja mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan di Madrasah?
j.     Apa saja kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan di Madrasah?
k.    Bagaimana pengaturan kalender pendidikan Madrasah?

Bertolak dari berbagai pertanyaan tersebut di atas maka profil standar MI AL-HIKMAH BALONGREJO dapat diungkapkan data sebagai berikut: 
NO.
ASPEK STANDAR ISI
KEADAAN
Ya
Tidak
1.
Dokumen KTSP (I dan II) lengkap dan siap diimplementasikan
Ö

2.
Pemahaman guru terhadap KTSP
80%

3.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Madrasah dalam rangka persiapan penerapan KTSP :
a. Sosialisasi KTSP
b. Pembinaan/workshop/pelatihan
90%

4.
Setiap guru mata pelajaran memeiliki dokumen standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dipegang
100%

5.
Madrasah meningkatkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran yang ada dalam Permendiknas 22/2006 ke standar yang lebih tinggi
a.  SK dan KD kelompok agama dan akhlak mulia
b.  SK dan KD kelompok Kewarganegaraan dan Kepribadian
c.  SK dan KD kelompok Ilmu Pengetahuan dan teknologi
d.  SK dan KD kelompok Kelompok Estetika
e.  SK dan KD kelompok Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan



Ö
Ö
Ö
Ö
Ö

6.
Struktur Kurikulum yang dikembangkan di Madrasah
a.  Mengembangkan 5 kelompok mata pelajaran
b.  Mengembangkan tiga komponen mata pelajaran yaitu :
o Mata pelajaran sesuai standar nasional pendidikan
o Komponen muatan lokal
o Komponen mengembangkan diri

Ö

Ö
Ö
Ö

7.
Pengaturan beban belajar siswa
a.  Kegiatan tatap muka
ØJumlah jam belajar sesuai standar nasional pendidikan
ØJumlah jam belajar lebih tinggi dari standar nasional pendidikan
b.  Penugasan terstruktur
ØJumlah jam belajar 50 % dari jumlah kegialan tatap muka
c.  Kegiatan mandiri /tidak terstruktur
d. Jumlah jam belajar diatur sendiri oleh peserta didik
dan dikontrol guru


Ö
Ö

Ö
Ö
Ö

8.
Kondisi jumlah beban mengajar dari masing-masing guru
mata pelajaran:
ØJumlah jam mengajar sesuai standar nasional pendidikan (24 JP/minggu)
ØJumlah jam mengajar lebih tinggi dari standar nasional pendidikan
ØJumlah jam mengajar di bawah standar

Ö
Ö





Ö

9.
Muatan lokal yang dikembangkan di Madrasah
a. Mengembangkan prograrn keunggulan daerah
b. Mengembangkan program keunggulan Madrasah
c. Mengembangkan program keunggulan masyarakat global

Ö
Ö
Ö

10.
Mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan meliputi;
a. Keterampilan berbahasa
b. Keterampilan dalam bidang teknologi informasi Keterampilan tepat guna
c. Ketrampilan dalam bidang Aqidah dan sejarah daerah

Ö
Ö
Ö

11.
Kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan di Madrasah
a. Tidak terprogram
1)  Rutin;
2)  Spontan;
3)  Keteladanan.
b.        Terprogram
1)  BK;
2)  Ekstra Kurikuler.


Ö
Ö
Ö

Ö
Ö

12.
Kegiatan Kecakapan Hidup ( Life Skill), meliputi:
a.        Kecakapan Hidup non-vokasional
b.        Kecakapan hidup vokasional

Ö
Ö

13.
Madrasah mengatur kalender pendidikannya berdasarkan:
a.        Kalender pendidikan nasional
b.        Kalender pendidikan daerah

Ö
Ö

Data Pendukung Pengembangan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Komponen Alokasi Waktu Dasar (KD) Mata Pelajaran:

Nama Mata Pelajaran
Kondisi (Beri tanda cek Ö)
SK & KD Ditingkatkan  dari Standar Permendiknas

KI & KD Tetap (Sesuai Permenag)
A. Agama dan Akhlak Mulia


1. Al-Qur’an

Ö
2. Aqidah Akhlak

Ö
3. Fiqih

Ö
4. SKI

Ö
B. Kewarganegaraan dan Kepribadian


1. PKn
Ö

2. Bhs. Indonesia
Ö

C. Ilmu Pengetahuan dan teknologi


1. Matematika
Ö

2. IPA
Ö

3. IPS
Ö

4. Bahasa Inggris
Ö

5. Bahasa Arab

Ö
D. Estetika


1. Seni Budaya
Ö

E. Pendidikan Jasmani


1. Penjasorkes
Ö

F.  Muatan Lokal
Ö

G. Pengembangan Diri
Ö




Data Pendukung kegiatan pengembangan diri di MI AL-HIKMAH BALONGREJO
No
Kegiatan
Waktu
Sasaran
Target
1
Bimbingan Konseling
07.00 – 12.10
Siswa
Tercapai 100%
2
Pramuka
Minggu ke I dan III jam 07.00 – 09.00
Siswa
Tercapai 100%
3
Drum Band
Minggu ke II dan IV jam 07.00 – 09.00
Siswa
Tercapai 100%

Peran/bentuk keterlibatan komite Madrasah dalam upaya pemenuhan standar isi, adalah:
1. Ikut serta memonitor perencanaan        
2. Ikut serta memonitor pelaksanaan         
3. Ikut serta memonitor pelaporan
Kesimpulan : Sangat mendukung terlaksananya program tersebut       


 

0 komentar:

Posting Komentar